Percakapan sang Perempuan


“kau menangis, Naya?” mata beningmu telah banyak bicara

“menangislah, karena itu bagian dari proses penyembuhan diri”


“Selma al-faritsi, aku tau kau begitu mengangung-agungkan cinta”

“kau juga rela mati, demi kekasih hatimu”

“sebuah cerita, yang dituliskan filosof cinta”

“dalam keabadian cintamu”

“tapi katakan padaku, apakah cinta juga bagian dari takdir Tuhan”?


Cinta dan kematian, dia takdir Tuhan

Kehendak-Nya, menjadi sebuah janji dan keniscayaan


“Tapi kematian cintaku bukan takdir-Nya, Selma”

‘Ini kejahatan, yang dia lakukan kepadaku’

‘Dia mengoyakkan layar yang telah terpasang”

“Ditengah gelombang”

“Dia ingin menenggelamkan aku dalam kematian”

“Dan ini bukan takdir Tuhan, ini kejahatan”


Selma,

“aku tidak mampu berlayar sendiri”

“aku tidak bisa lagi menatap kehidupan yang ada didepan sana”

“aku takut, Selma” sungguh aku takut

“aku tidak mau tenggelam dan mati”

“aku ingin lepaskan tirai belenggu ini”

“aku tak mau, ini menjadi hijabku”


Naya,

“kau tidak akan tenggelam dengan kekuatan cintamu”

“Menepilah Naya”,

“Jika layarmu telah terkoyak’

‘Kayuhlah perahumu, sekuat hatimu”

“Tuhan akan selalu jaga dan temani kamu”

‘Dalam setiap tarikan nafasmu”

“Kesendirianmu akan membawamu pada cahaya kemuliaan”

“Kesendirianmu tak akan membuatmu sepi”


“Tengoklah ditepi sana”,

“Janda-janda korban konflik yang mengungsi”

“Telah banyak kehilangan orang-orang yang dikasihinya”

“Tapi mereka tak pernah kehilangan cintanya”

“Kekuatan cinta membuat mereka terus hidup”

“Sampai hari ini ……

“kekuatan cinta mereka, justru menjadi bara api

“perempuan yang tegar dan bangga”

“suami dan anak-anaknya harus mati”

“ditimpa logam panas tentara”


“Pandanglah matamu ke ujung sana”,

“Anak-anak korban bencana yang menari indah”

“Meskipun hentakan gempa dan gelombang”

“Menghancurkan keluarga pelindungnya”

“Tapi kekuatan cinta, tak akan pernah”

“Menenggelamkan hari-hari depannya”

kau bisa ada ditengah-tengah mereka

dengan tatapan dan sentuhan cinta

karena hanya itu yang kita punya


Naya,….

“Jika kekasih hatimu meninggalkan kelukaan yang dalam”

“Jangan menambahnya dengan kesendirian”

“yang akan membuat sepi dan selalu membuatmu merasa lemah”

“Dan tak berdaya”


“Cintamu, akan menguatkan hatimu”

“Kekuatanmu, akan meneguhkan keyakinanmu”

“Akan sebuah keniscayaan”

“Bernama cinta dan kehidupan”


“tapi, kau memilih mati untuk cintamu, Selma??”

“iya, karena aku yakin, cintaku akan membuatku hidup

dialam kematianku”

“bukan kematian, yang semakin menenggelamkan hidupku”


”bagaimana dengan arti kesetiaan, selma”??

”Seperti yang selalu dia nyanyikan”

”Ketika kerinduan telah mencapai puncaknya”

”Apakah kesetiaan seperti secangkir kopi”

”Yang hilang aromanya”

”Sampai pada tegukan terakhirnya”


Naya,
”Kesetiaan seperti matahari”

”Yang datang disetiap ufuk timur dan barat”

”Seperti petani, yang selalu menabur benih”

”Untuk kehidupan anak-anaknya”

”Seperti nelayan yang menyebar jalanya”

”Disetiap angin bersahabat dengannya”

”Kesetiaan seperti labirin”

”Yang terus bergelayut dengan kekhusyu’annya”


dan tiba-tiba aku terperangah ditempat ini

di jalan-jalan yang pernah kulalui

seperti katamu, Selma

Sendirinya aku disini, janganlah menjadi sepi

Biarkan dapatkan cahaya kekuatan

Sebagaimana Tuhan menjanjikan

“Kau takkan pernah sendiri, Naya”

Terlalu banyak kasih-Nya yang sempurna

Menjaga dan menemanimu

Dalam setiap tarikan nafasmu



27 Mei 2006,


khalisah khalid
masih di banda

0 comments: