serunya temu nasional aktifis perempuan

Hari ini (28 Agustus 2006), aku harus berangkat lebih pagi dibandingkan dengan hari-hari biasanya. maklum, hari ini sampai tiga hari kedepan aku menjadi peserta temu nasional aktifis perempuan, setelah sebelumnya membuat sebuah tulisan tentang bagaimana membangun mainstraming gender dalam gerakan lingkungan hidup yang selama ini aku lakukan. senang sekali rasanya, bisa bergabung dengan ratusan aktifis perempuan lainnya dan juga ada aktifis laki-laki (30% dari jumlah peserta yang hadir) dari 28 provinsi di Indonesia.

Dijadwal acara, panitia mencantumkan bahwa kegiatan ini akan dibuka oleh mas SBY, dan juga akan hadir Menteri Pemberdayaar Perempuan. sehingga, banyak peserta yang antusias karena
kepingin bertemu dengan mas SBY yang sudah punya inistaif menaikkan harga BBM yang semakin memarginalkan kelompok perempuan. hmm........ tapi sayang, sepertinya banyak peserta yang jadi ikut latah kena program tayangan tv, mimpi kali ye ............................ mas SBY ternyata tidak jadi datang, sang pembantunyapun si mbak Mutia Hatta tak menampakkan diri. ada beberapa kemungkinan kenapa mereka tidak datang. pertama, mereka memang tidak sensitif gender. kedua, mereka menganggap isu perempuan tidak seksi. ketiga, mungkin mas SBY malu bertemu dengan aktifis perempuan yang cantik-cantik dari berbagai daerah.

Tapi sudahlah, ternyata acara tetap berlangsung dengan baik kok, meskipun yang membuka acara ini bukan mas SBY, toh aktifis perempuan ini cukup berani untuk membuka acara secara bersama-sama dengan membacakan sikap perempuan Indonesia.

Tak lama kemudian, aku sedikit terperangah dengan ketika sosok perempuan tua renta berjalan tertatih-tatih naik ke atas pentas. ya... sosok ibu Hartini, aktifis perempuan 65 yang tergabung dalam perjuangan Gerwani yang melakukan perjuangannya untuk memperbaiki kondisi perempuan Indonesia. berbagai deraan dan siksa harus dilalui, sebagai konsekuensi perjuangannya. aku begitu kagum dan tertunduk hormat, untuk sebuah nilai-nilai yang dia yakini sampai hari ini, bahwa nasib kaum perempuan Indonesia harus berubah dan perubahan itu hanya bisa didapatkan dengan perjuangan keras dari semua orang. tanpa kenal berhenti dan menyerah, terus menggalang kekuatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi gerakan para anggota Gerwani.

Aku bahkan malu, ketika aku melihat kembali lagi diriku yang sudah mengalami keputusasaan, dihinggapi rasa jenuh dan bosan pada gerakan membangun sebuah perjuangan yang memanusiakaan perempuan. aku yang masih muda, yang seharusnya masih berenergik untuk berjuang memperbaiki nasib kaum perempuan dan rakyat tertindas lainnya, ternyata begitu mudah menyerah pada realitas yang sesungguhnya perwujudannya adalah dari kata-kata yang kita rangkai sendiri.

Selepas ibu Hartini membuatku merasa begitu kerdil, aku coba tanamkan kembali sebuah keinginan baru untuk membangun mimpi-mimpi itu lewat gerakan kaukus perempuan dalam gerakan lingkungan hidup, yang hari ini dipercayakan oleh organisasiku untuk aku yang komandoi.

Suasana menjadi riuh ketika sessi seminar dimulai, berbagai tema menarik disuguhkan antara lain perempuan dan politi, perempuan dan globalisasi, perempuan dan seumber daya alam sampai perempuan dan kebudayaan. Suasana riuh tak ubahnya seperti diterminal mewarnai proses komentar dan waktu tanya jawab untuk peserta. banyak peserta yang mengajukan tangannya tinggi dan teriak asal daerah, supaya moderator mendengar dan memberinya kesempatan untuk berkomentar atau bertanya. akupun salah seorang yang berteriak-teriak, Jakarta-Jakarta-Jakarta, sayangnya moderator tidak menunjukku sebagai komentator. tapi menarik dan aku suka, begitulah kalau aktifis perempuan berkumpul, "pikirku dalam hati".

ya, tidak terasa. waktu terus bergulir hingga sore dan acara seminarpun berakhir. tapi sejuta tanda tanya besar yang masih ingin dilontarkan peserta, terpaksa harus dibawa dulu dalam mimpi, sampai bisa diungkapkan dalam acara workshop esok harinya. harapan terbesarnya, kita akan merumuskan secara bersama-sama, manifesto gerakan perempuan Indonesia. tentu saja mimpiku juga ada yang akan kuungkapkan esok hari, bagaimana agar dalam pertemuan nasional aktifis perempuan keluar sebuah sikap tegas bahwa corporasi, lembaga keuangan internasional, dan negara bukan hanya sedang melakukan kejahatan lingkungan hidup, tetapi juga sedang melakukan kejahatan kemanusiaan. atas dasar itulah, para aktor tersebut harus bertanggung jawab terhadap pelanggaran hak atas lingkungan dan hak asasi perempuan.

0 comments: