Potret dan Fakta Krisis Perempuan Nelayan

Perempuan nelayan, identitas dirinya dihilangkan dan dianggap tidak ada karena nelayan selalu diidentikkan dengan laki-laki yang mencari hasil-hasil kekayaan di laut lepas. Marginalisasi terhadap perempuan nelayan, bahkan dimulai sejak identitas dirinya dan pengalaman hidupnya dalam mengelola sumber-sumber kehidupan diabaikan. Pengelolaan sumber-sumber kehidupan di pesisir dan laut, bahkan telah menjauhkan pengalaman perempuan nelayan sebagai sebuah pengetahuan. Perempuan nelayan bisa berdaulat, jika sudah ada perubahan relasi sosial dan relasi gender yang adil. Penelitian yang dilakukan oleh Bibik Nurudduja terkait perjuangan perempuan nelayan Morodemak Jawa Tengah, menyajikan semua cerita potret dan fakta krisis yang dialami perempuan nelayan, dan bagaimana perjuangan perempuan nelayan sebagai bagian dari daya survivenya bagi masyarakat nelayan di kampungnya, dan bagaimana relasi perempuan nelayan diluar dirinya baik terhadap sesama perempuan maupun komunitasnya. baca selengkapnya hasil penelitiannya di www.kiara.or.id

2 comments:

agoez said...

Memang sudah sepantasnya Kelompok Perempuan Di Akui. Bukan hanya semata2 di akui wujudnya, tapi sampai dengan eksistensinya serta pengalamannya. Dan Sepertinya bukan hanya di kelompok nelayan lho. Kira2 dah ada yang melakukan penelitian belum yang untuk wilayah lain?

marinda aswin said...

Setuju bahwa kontribusi perempuan nelayan terhadap ekonomi rumah tangga kadang-kadang luput dari perhitungan. Tapi ngomong-ngomong mbak bisa kasih tau cara ngitungnya nggak? Saya ingin ikut menghitung untuk memberi tau dunia, bahwa perempuan memberi kontribusi besar terhadap ekonomi rumah tangga.