Bengkel Menulis 13.13

Oleh: Khalisah Khalid[1]


Bengkel Menulis 13.13? Mungkin rasa penasaran yang terbesit dibenak kita semua, ketika membaca judul tulisan ini. Bengkel menulis meluncur dari sebuah perbincangan singkat untuk menemukan ruang kreatifitas lain bagi teman-teman di SMK Tehnologi Informasi Airlangga, diantara banyaknya kreatifitas lain yang telah ada.

Bengkel menulis 13.13, meluncur begitu saja sebagai sebuah nama aktifitas baru ini. Nama Bengkel Menulis ini terinspirasi dari gagasan seorang kawan di Jakarta, dan dipercantik dengan angka 13.13, karena mimpi untuk menjadi penulis andalan dimulai pada tanggal 13 Agustus jam 13. Walaupun kebanyakan orang angka 13 itu angka sial, namun bagi kami angka 13 adalah angka manis yang akan membawa angin segar bagi sekolah ini dan tentunya bagi teman-teman yang setiap harinya berkutat dengan dunia tehnologi informasi yang akan semakin mendukung dunia tulis menulis.

Geliat keresahan untuk menulis dimulai di ruang laboratorium, bersama dengan 15 orang pelajar dan ditemani guru Bahasa Indonesia. Inspirasi dan kreatifitas teman-teman untuk menulis, melampaui “kotak pintar” yang bernama komputer, bahkan melampaui ukuran ruangan kurang lebih 4x6 meter persegi yang disulap menjadi bengkel menulis. Dengan bermodalkan semangat SMK BISA, saya begitu yakin teman-teman di sekolah ini dapat menciptakan sebuah dunia baru yang bernama tulis menulis.

Bengkel ini dibuka dengan harapan agar teman-teman punya kemauan untuk menulis, menulis apa saja yang ada di hati dan pikiran. Sekedar mengingat apa yang disampaikan oleh Pramodya Ananta Toer, “Menulislah, Kalau Tidak Menulis, maka Kau akan Ditinggalkan Sejarah”. Sejarah buat kita sendiri, keluarga, teman, komunitas dan sejarah besar bagi bangsa ini.

Bengkel menulis ini dimulai dengan membuka ruang berbagi bagi semua yang terlibat disini, berbagi cerita, berbagi pengalaman hidup yang setiap orang sedikit banyak berbeda dari yang lainnya dengan dua cara yakni menulis dan bercerita. Menariknya, dalam durasi waktu yang sama yakni 3 menit, kebanyakan teman-teman lebih “jago” memperkenalkan dirinya dengan bercerita, dibandingkan dengan menulis. Kenapa ya?

Ini satu signal, bahwa “bercerita” lebih banyak mewarnai proses kehidupan kita, daripada menulis. Alasannya beragam, tapi kebanyakan anggota Bengkel Menulis mengatakan kalau menulis itu menjadi lebih sulit, karena orang harus berpikir lama terlebih dahulu apa yang ingin dituliskan. Padahal justru kita bisa menuliskan apa yang kita pikirkan. Mudah bukan? Sebenarnya tidak perlu takut salah, karena kalaupun salah, justru disanalah proses menulis yang mengasyikkan itu dapat ditemukan.

Ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan seorang kawan wartawan yang “mengintip” bengkel ini, “apakah menulis itu bakat”? Menulis itu adalah proses, baik orang yang punya bakat maupun tidak, karena penulis terkenal duniapun memulainya dari proses. Meskipun dia punya bakat menulis, kalau tidak dilalui dengan proses belajar, tulisannya ditolak oleh redaksi majalah, koran atau penerbit buku, tentu dia tidak akan menjadi penulis besar.

Stttt, ternyata kemahiran siswa-siswa sekolah ini luar biasa loh. Patria misalnya, cowok keren ini, ternyata sudah menulis novel sewaktu di Berau. Sayangnya novelnya masih belum bisa kita nikmati. “Masih tersimpan di Berau”, akunya dengan malu-malu. Padahal bagi penulis, yang paling penting adalah kesediaan untuk saling berbagi bukan?

Lain lagi dengan Adi, dia sudah membuat 3 komik. Wuih hebat ya, bagaimana bisa memadukan kreatifitas gambar dengan cerita. Adi bilang, kalau dia baru bisa merampungkan ceritanya dan masih menemui kesulitan dengan gambarnya yang “pas-pasan”. Padahal, tidak perlu menunggu sempurna kan untuk dapat disuguhkan kepada orang banyak ide-ide yang kita tuangkan.

Kesediaan untuk berbagi dan tidak perlu menunggu sempurna untuk dapat menyuguhkan ide-ide kita kepada banyak orang, karena darisanalah kita akan banyak mendapatkan masukan dari orang-orang yang membaca tulisan kita. Suka, tidak suka, bagus, tidak bagus, biasa aja, tidak bermutu, itu merupakan bentuk respon dari orang lain ketika membaca tulisan kita. Lagi-lagi disanalah muncul kepuasan menulis.

Patria dan Adi, merupakan bukti bahwa SMK TI Airlangga memiliki penulis muda yang handal. Bagaimana dengan siswa yang lainnya? Jangan takut, teman-teman yang lain akan mengikuti jejak dua temannya ini, dan minggu depan Bengkel Menulis akan kembali dibuka untuk membuktikan kehebatan penulis lain yang sudah siap berbagi tulisannya kepada kita semua. Apalagi ada yang gemar menulis puisi, pidato dan cerita-cerita ringan.

Aha, senang rasanya menjadi kawan belajar di bengkel menulis ini. Suatu saat, sekolah ini akan dicatat oleh sejarah, lahirnya penulis-penulis muda berbakat di Indonesia yang dimiliki oleh kota Samarinda Kalimantan Timur. Ayo terus menulis, agar kita tidak ditinggalkan sejarah, punya banyak teman dan bisa dapat tambahan uang saku juga. Hmmmm, yang terakhir itu bonusnya.

3 comments:

EkaSetya Site said...

mba ...visit my blog

khalisah khalid said...

hi eka,

aku sudah mengunjungi blogmu, keren abisss.

tetap semangat ya.....

andreas iswinarto said...

bengkel atau salon?