Waktu Mengenal Propolis

Aku senang sekali ketika tiket Balikpapan – Jakarta ada ditanganku, itu artinya aku bisa mudik ke Jakarta. Sayangnya, rencana yang sudah kususun tidak berlangsung seperti apa yang kuinginkan. Setelah selama tiga hari mengikuti pertemuan persiapan keberangkatan ke Bangkok, kondisi kesehatanku menurun. Demam mulai sering datang menyambangi, plus sakit di kelenjar getah beningku yang memaksaku untuk ke RS. Setelah cek sana sini, hasil pemeriksaan menunjukkan kelenjar getah beningku kena bakteri. Duuuh jadi ingat, tahun 2002 lalu kelenjar getah beningku kena virus, kok jadi gantian gini, pikirku.

Dari RS itu, aku mendapatkan 11 jenis obat yang harus kuminum setiap hari. entah sudah bosan dengan obat atau pencernaanku yang lemah, setiap waktu minum obat, aku mengalami muntah-muntah hebat. Setelah beberapa hari, sakitku tidak juga membaik. Pas malam lebaran, kondisi kesehatanku makin drop. Aku masih bertahan untuk tidak mau opname. Mengingat tidak ada perubahan, aku kemudian beralih ke RS lain, pilihannya adalah RS yang pernah aku opname disana. Paling tidak riwayat sakitku terekam disana.

Setelah kembali menjalani tes darah sana-sini, hasilnya mendekati sama, plus aku kekurangan protein. Bisa jadi, karena memang pola makanku buruk sekali. Sejak kecil aku suka sekali mengkonsumsi makanan ringan yang kaya dengan MSG, sampai sekarang. Dokter menyarankan aku dibiopsi, dan aku keberatan dengan pilihan itu. Biarpun tidak sakit dan konon dikategorikan operasi kecil, bagiku bedah tetap saja bedah. Aku mengambil resiko tidak biopsy, dan ternyata resikonya harus aku rasakan sedikit. Kondisi kesehatanku terus memburuk, panas tinggi dan sakit yang teramat sangat semakin sering aku alami.

Suamiku datang setelah mengetahui kondisiku terus memburuk, sejak awal setelah mengetahui diagnosa dokter, sebenarnya dia sudah menyarankan aku mencari propolis. Namun aku abaikan, karena kupikir obat dari dokterpun masih bejibun belum diminum habis. Sampai kemudian keluargaku memutuskan membawaku ke dokter alternative yang ada di Bekasi, dengan pertimbangan jika tidak juga sembuh, terpaksa aku menjalani perawatan di RS.

Alhamdulillah, setelah berobat di Bekasi, lambat laun kesehatanku membaik. Obat dari dokter plus propolis aku minum secara bersamaan pagi dan sore. Aku berani mengkompilasi minum keduanya, karena kata suamiku propolis tidak ada efek samping. Terakhir ketika aku cek kembali kesehatanku, dokter bilang obar darinya sudah bisa dihentikan dan bisa melanjutkan minum propolis. “Bagus”, itu komentar dokter, ketika aku bilang meminum propolis dan dia juga membolehkan untuk melanjutkan meminumnya.
Aku agak heran juga, kenapa dokter menyarankan aku minum propolis dan menyarankan tidak lagi meminum obat darinya. Karena itulah sepulang dari sana, sambil santai aku mencari kembali informasi seputar propolis. Maklum, karena dalam kondisi sakit, aku tidak begitu memperhatikan khasiat apa saja yang terkandung didalamnya. Aku kira hanya untuk menjaga staminaku agar tidak terus drop.

Setelah aku kulik, ternyata “ramuan” ini berasal dari air liur lebah yang bercampur dengan pucuk muda dan kulit pohon poplar ini memiliki aneka macam khasiat mulai dari batuk, demam, bronchitis, paru-paru, kanker, tumor, ginjal, hati, diabetes dan berbagai macam penyakit yang bersumber dari virus, bakteri dan jamur.

Setelah sebulan lebih dalam kondisi kesehatan yang memburuk, perlahan-lahan kesehatanku pulih. Bahkan, aku sudah memberanikan diri untuk berangkat ke Aceh dan lanjut ke Sulawesi Barat. Semula banyak orang dekatku yang khawatir mengingat kerentanan fisikku, tapi aku yakinkan bahwa aku bisa menjaga kesehatanku dan terus bisa beraktifitas dan bahkan menempuh perjalanan jauh melintasi Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Alhamdulillah… aku juga seperti mendapat “bonus”, kini migrainku juga lumayan jarang kambuh. Karena Propolis?? Wallahu A’lam Bishowab, yang jelas Istirahat yang cukup, plus dengan tidak lupa selalu membawa propolis yang masih rutin kuminum sampai sekarang, 5 tetes setiap pagi dan sore.

0 comments: