Jejak Utang di Konsevasi

Oleh: Khalisah Khalid

Politik Utang
Debt for Nature Swap (DNS) yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dengan melibatkan salah satunya lembaga konservasi intrernasional sebagai partner swapnya terus bergulir, ditengah kritik publik yang keras terhadap utang luar negeri. Tidak kurang dari 21,6 juta US dollar utang Indonesia kepada Amerika Serikat yang dikonversi untuk membiayai program konservasi di 3 (tiga) kawasan hutan di Sumatera.


Dalam konteks utang luar negeri, mekanisme DNS merupakan sebuah skenario dari kreditor untuk “memaksa” negara pengutang tetap membayar utang mereka, karena mereka takut apabila negara pengutang gagal membayar utangnya. Skema ini merupakan sebuah cara untuk mengurangi utang luar negeri yang dipilih sebagai skema yang dianggap paling aman bagi negara pemberi utang dalam hal ini Amerika Serikat. Kepentingannya jelas, Indonesia terus membayar utangnya kepada USA, dengan memberikan fasilitas kemudahan.

Hal lain yang mesti dikritisi adalah syarat-syarat yang menyertai mekanisme swap tersebut. Selama ini setiap upaya mengkonversi utang luar negeri tidak disertai dengan menyebutkan syarat-syaratnya secara transparan kepada publik. Dalam konteks DNS, sejauhmana transparansi syarat-syarat tersebut diketahui oleh public, khususnya bagi masyarakat yang ditetapkan kawasannya sebagai wilayah penerapan konservasi di Sumatera yang dibiayai dari DNS.

Politik Konservasi
Dari pengalaman praktek-praktek kebijakan perluasan konservasi tersebut yang berlangsung sampai saat ini, konservasi diperuntukkan bagi kepentingan investasi baik melalui bisnis dengan menjual taman nasional atau mengalihkannya menjadi industri tambang dengan atas nama lingkungan dan berlindung dibalik kedok konservasi.

DNS tidak lebih merupakan sebuah alat untuk melahirkan multy effect player dalam bidang ekonomi, yakni pengusaaan kekayaan alam. DNS sebagai “pembuka jalan” menuju pengerukan sumber daya alam, khususnya pertambangan karena disanalah letak cadangan mineral dan gas. Paling tidak itulah yang terekam dalam jejak sejarah penetapan kawasan lindung oleh kolonial Belanda sebagai kawasan cadangan minyak dan gas.
Yang mesti diingat, masalah pokok konservasi dan lingkungan hidup di Indonesia bukan terletak pada pembiayaannya, melainkan pada kebijakan pengelolaannya. Selama ini praktek konservasi justru menjauhkan akses dan kontrol rakyat dari ruang hidupnya.

Ecological Debt
Mekanisme konversi utang luar negeri untuk lingkungan hidup, justru tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan restorasi lingkungan hidup, dalam hal ini manajemen pengelolaan kekayaan alam yang demokratis dan menempatkan masyarakat, paling tidak itulah pengalaman dari berbagai negara seperti Filipna, Kosta Rika, Guatemala dan hasil seminar yang dilaksanakan oleh Brasilian Institute for Economic dan Social Analysis pada tahun 1991. Lalu apa solusinya, pasti itulah yang menjadi pertanyaan yang selalu muncul ketika bicara soal pembiayaan pemulihan lingkungan.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia sejak tahun 2001 telah mengkampenyekan tuntutan pembayaran utang ekologi oleh negara-negara kreditor, sebagai sebuah tawaran alternative untuk merespon DNS. Selama ini kita mengetahui bahwa aliran dana utang dalam sejarahnya telah digunakan untuk membiayai industry ekstraktif negara industry seperti tambang yang telah mengeruk habis kekayaan alam dan menyisakan kerusakan lingkungan dan melanggar hak asasi manusia.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah Indonesia harusnya berposisi menuntut pembayaran utang ekologi terhadap negara-negara maju dengan pilihan penghapusan utang luar negeri dan tidak lagi mengambil utang luar negeri sebagai pilihan membiayai pemulihan lingkungan dan pemenuhan hak konstitusional warga negara lainnya, dan hal ini telah dilakukan oleh Bolivia dalam setiap perundingan dunia menangani perubahan iklim.

Baca selengkapnya...

Perempuan, Tambang dan Negara yang Abai

Perempuan, Tambang dan Negara yang Abai
Oleh: Khalisah Khalid

Industri Maskulin
Industry tambang terus mengeruk isi bumi tiada henti, dibarengi dengan terus menerus berbagai krisis yang mengikutinya. Marjinalisasi fungsi alam dan ekosistem bagi kehidupan bersama, mengorbankan kepentingan kehidupan perempuan, penggunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan system yang meminggirkan perempuan, menghancurkan kearifan tradisi dan budaya, dan kerap kali menggunakan kekuasaan yang berbasis pada kekerasan yang berujung pada konflik sumber daya alam. Inilah praktek industry patriarkis yang kini diwakili oleh berbagai industry ekstraktif, tambang salah satunya.


Galuh Wandita menyebut industry tambang sebagai bentuk industry yang maskulin dimana secara fisik dalam industry tambang menggunakan penetrasi alat berat untuk mengeruk isi bumi dan sifat pekerjaannya yang menggunakan dan sifat pekerjaannya yang membutuhkan teknologi canggih, ‘keperkasaan’, dan kekuatan penghancur yang kesemuanya bercirikan maskulin. Maskulinitas memang menjadi salah satu ciri yang melekat dalam pengelolaan sumber daya alam di berbagai belahan dunia, dengan menempatkan perempuan sebagai korban akibat dari praktek industry ekstraktif tersebut.

Pengucilan dan Pengabaian
Hampir dapat dipastikan, rentang kekerasan yang dialami oleh perempuan yang hidup di lingkar tambang, dimulai sejak masuknya industry tambang di wilayahnya. Pada tahun 2002 Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) Kalimantan telah mencatat, bahwa Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan mempunyai sejarah pelanggaran hak asasi manusia dan khususnya pelanggaran terhadap hak asasi perempuan akibat dari beroperasinya industry tambang antara lain kekerasan berbasiskan seksualitas perempuan seperti pelecehan seksual, perkosaan dan kawin lelang yang dialami oleh perempuan yang hidup di lingkar tambang. Kesehatan reproduksi perempuan yang hidup di sekitar wilayah tambang juga terancam akibat tercemarnya sumber air dari limbah tambang.

Fenomena munculnya lokalisasi prostitusi yang terjadi di hampir seluruh kawasan industry ekstraktif terutama tambang, memandang tubuh perempuan sebagai property yang bisa dijadikan komoditas untuk mengontrol mulai dari tatanan keluarga hingga komunitas yang hidup di lingkar tambang. Nampaknya industry tambang juga menyadari bahwa tubuh dan seksualitas perempuan dapat dijadikan sebagai alat atau menjadi sebuah medan pertarungan yang kritis untuk mendapatkan kekuasaan baik secara ekonomi maupun politik mulai dari pekarangan rumah hingga level negara.


Pengabaian dan pengucilan terhadap pengetahuan perempuan dalam berupaya menyelamatkan sumber-sumber kehidupan mereka, yang berbasis berbasis pada pengalaman dan kekhasan perempuan itu sendiri, termasuk bagaimana pengetahuan Ilmu-ilmu pengobatan banyak dikuasai perempuan dan pengetahuan menyadap aren menjadi gula merah seperti yang dialami oleh perempuan yang tinggal di lingkar tambang di Kalimantan Timur.

Setelah dijauhkan aksesnya, perempuan juga dibatasi kontrolnya terhadap sumber-sumber kehidupannya. Sehingga ketika bicara soal industry tambang, urusannya direduksi seolah-olah hanya terkait dengan pembebasan lahan, kompensasi dan ganti rugi, padahal di ruang itulah perempuan banyak tidak memiliki kontrol terhadap tanahnya.

Yang memprihatinkan tentu saja ketika perempuan kehilangan wilayah kelolanya dengan bertani, berkebun, membuat arang dan dan membuat gula merah, sehingga banyak perempuan yang tergantung hidupnya dari laki-laki baik suami, ayah, maupun anak laki-laki. Seperti yang disampaikan oleh seorang ibu yang tinggal di Kutai Timur “perempuan tidak bisa makan kalau laki-laki tidak pergi bekerja senso kayu atau kerja lain yang dapat uang, karena semua sekarang harus dibeli, sungguh susah hidup sekarang.”

Dimana Negara?
Salah satu program Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah meningkatkan kualitas hidup perempuan dan pemenuhan hak anak melalui evaluasi pelaksanaan kebijakan peningkatan kualitas hidup perempuan.

Didalam Konstitusi, jelas disebutkan berbagai hak warga negara untuk mendapatkan jaminan dan perlindungan terhadap sumber-sumber kehidupannya dan pengurus negara berkewajiban untuk menjalankan mandat Konstitusinya. Sayangnya, apa yang tertera dalam Konstitusi tidak dijadikan sebagai landasan atau referensi untuk memenuhi kewajibannya. Hendri Saparani menyebutkan apa yang dilakukan oleh negara saat ini merupakan sebuah proses mengaburkan jalan untuk memenuhi kewajiban Konstitusinya, dan terus mereduksi peran-perannya melindungi dan memenuhi hak-hak warga negaranya.

Negara terus membiarkan praktek kekerasan dalam pengelolaan sumber daya alam, yang masuk melalui rantai yang bernama pelanggaran hak asasi manusia dan hak asasi perempuan terhadap perempuan berbasis jender dalam sebuah relasi personal, dalam komunitas dan dalam lingkup negara yang terkait dengan agresi pasar dan alir kapital yang berdasarkan pada produksi kotor, ketamakan dan mengabaikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Baca selengkapnya...

“Negara Telah gagal dalam Memenuhi, Melindungi dan Menghormati Hak Pangan Perempuan”

Pernyataan sikap Solidaritas Perempuan

Pada Hari Pangan Sedunia 16 Oktober 2010


Sejak dicanangkan konsep ketahanan pangan 14 tahun yang lalu dalam Resolusi Badan Pangan PBB tahun 1996 pada World Food Summit, ternyata kelaparan masih tetap mengancam warga dunia, termasuk Indonesia. Konsep pemenuhan pangan yang lebih diserahkan pada mekanisme pasar justru menambah angka kelaparan dunia yang pada tahun 2010 ini mencapai 925 juta, disbanding tahun 1996 yang hanya 850 juta jiwa. Sementara di Indonesia sendiri pada tahun 2010 ini angka kelaparan masih cukup tinggi yaitu 13,8 juta jiwa atau sekitar 6% dari jumlah penduduk menderita rawan pangan (World Development Indicator, 2007) dan 23,2 jiwa di pedesaan masih hidup di bawah standar kemiskinan (FAO). Data ini dikuatkan dengan berbagai berita tentang kasus kelaparan, kurang gizi dan gizi buruk yang secara sporadis masih terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia, dari Aceh, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jatim, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. Fakta ini jelas merupakan indikasi nyata dari kegagalan negara dalam melaksanakan tanggung jawabnya memenuhi hak pangan rakyat.


Fenomena yang lebih memprihatinkan adalah bawah korban kelaparan yang paling rentan dan meninggal adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena berbagai kebijakan yang masih diskriminatif dan belum mengacu pada Convention on Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW). Situasi ini diperparah dengan kulture masyarakat patriarkhi masyarakat yang memposisikan perempuan sebagai pelayan keluarga yang lebih mendahulukan angggota keluarganya dalam konsumsi. Hal ini sungguh ironis sementara perempuan adalah yang mengandung dan melahirkan generasi justru paling akhir dalam mendapatkan kecukupan gizi.

UU Pangan NO.7 tahun 1996 ternyata belum mampu memberi jaminan dalam pemenuhan pangan rakyat. Dalam undang-undang ini belum ada ketegasan tentang tanggung jawab negara dalam memenuhi (fulfill), melindungi (protect), dan menghormati (respect) hak pangan rakyatnya. Akibatnya indikator pemenuhan pangan seperti ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaan(acceptibility) dan mutu(quality) masih jauh dari harapan bagi masyarakat yang hidup dibawah kemiskinan.

Solusi yang diambil pemerintah dalam mengatasi kasus-kasus kelaparan atau kelangkaan pangan hanya bersifat sementara bahkan berpotensi menambah persoalan baru, seperti impor beras dan program raskin. Pemerintah terkesan mengambil jalan pintas dan tidak berusaha memperbaiki sistem secara mendasar seperti mekanisme distribusi dan produksi pangan yang secara menyeluruh akan mempebaiki ketersediaan, keterjangkauan, kesesuaian pangan lokal setempat, dan kualitas pangan rakyat. Sebaliknya, kebijakan pasar bebas yang disepakati lewat WTO dan FTA juga telah menguras sumber pangan rakyat dengan berbagai kegiatan perdagangan seperti ekspor hasil laut dan perkebunan. Sungguh tidak masuk akal sementara banyak rakyat yang menderita gizi buruk dan kurang gizi justru mengeskpor pangan berkualitas yang sangat dibutuhkan oleh rakyat sendiri.

Selain itu, perubahan iklim juga menambah ancaman pengurangan ketersediaan pangan baik langusng maupun tidak langsung. Iklim yang tidak menentu seperti curah hujan berlebihan atau sebaliknya kekeringan dan munculnya hama mengncam stok pangan. Ironisnya, anggaran pemerintah terkait dana ikli lebih terkonsentrasi pada dana mitigasi, bukannya adaptasi terhadap dampak iklim. Lebih para lagi, kebijakan iklim dalam program mitigasi juga berpotensi mengancam alat-alat produksi pangan seperti konversi lahan dari pertanian dan hutan produksi menjadi perkebuna n industris seperti sawit, tebu, jagung, dan jarak.

Fakta lain yang terjadi di negara ini adalah ’ketidakberdayaan’ pemerintah dalam mengontrol harga pangan pokok rakyatnya yang sangat ditentukan oleh pasar. Kenaikan harga pangan yang sering terjadi ini tidak akan berpengaruh bagi masyarakat kelas atas, tetapi sangat berdampak bagi rakyat miskin. Sampai saat ini belum ada kebijakan pemerintah yang memberi sangsi tegas dan serius bagi piha-pihak yang telah meresahkan rakyat banyak dengan mencari keutungan pribadi. Lebih memprihatinkan kenaikan harga pangan ini, selain merugikan masyarakat banyak sebagai konsumen, sama sekali juga tidak dinikmati oleh petani sebagai produsen pangan. Ini juga merupakan bentuk kegagalan negara dalam memenuhi, melindungi dan menghormati hak pangan rakyat.

Untuk itu, melihat berbagai akar persoalan pangan di berbagai wilayah seperti di Palembang, Jateng, Jatim, NTT, NTB, dan Sulawesi, maka yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah bagaimana rakyat bisa mengakses sumber-sumber produksi seperti tanah dan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, kredit) sehingga mampu memproduksi pangannya sendiri. Memberikan rakyat alat-alat produksi akan memberikan kedaulatan kepada rakyat untuk memproduksi pangannya sendiri sesuai dengan sosial budaya dan memutus rantai ketergantungan pada pangan impor. Seharusnya bangsa ini malu mengaku sebagai bangsa agraris bila rakyatnya yang bermata pencaharian sebagai petani sebagai produsen petani justru menerima beras miskin yang berasal dari beras impor!

Melihat situasi dan kondisi di atas, amka pada Hari Pangan Sedunia ini, Solidaritas Perempuan menyerukan dan mendesak kepada negara untuk:

1. Segera melaksanakan pembaharuan agraria yang melibatkan dan memberi akses perempuan dalam pelaksanaanya.

2. Segera merevisi UU Pangan No. 7 tahun 1996 baik segara ideologis, dasar filosofis, maupun materi untuk lebih meneka nkan tanggung jawab negara dalam memenuhi, melindungi, dan menghormati hak pangan rakyat

3. Segera menghentikan program bantuan beras miskin dan menghentikan ketergantunga pada pangan impor, serta lebih memberdayakan petani dengan memberikan akses alat-alat produksi sehingga merka bisa berdaulat atas pangnnya sendiri

4. Menata ulang kembali kebijakan pangan secara keseluruhan, seperti sistem distribusi pangan dan kebijakan pasar bebas untuk melindungi produk pangan dalam negeri.



Jakarta, 16 Oktober 2010


Sekretariat Nasional

Jl. Siaga II No.36 Pejaten Barat – Pasar Minggu

Jakarta Selatan

Email : soliper@centrin.net.id, Telp: 021-7918308. Fax: 021-79831479

Baca selengkapnya...

Politik Banjir

Politik Banjir
Oleh: Khalisah Khalid

Pembelokan Kepentingan
Menarik, apa yang dinyatakan oleh Jusuf Kalla bahwa banjir merupakan imbas dari kerusakan lingkungan. Kalla juga mengatakan, tata kota di Jakarta dan sekitarnya harus dibenahi. ”Pembenahan kawasan hijau wajib segera dilakukan untuk penyerapan air. Sungai-sungai harus diperlebar, dikeruk, dilestarikan.” (Kompas, 15 Februari 2010).

Saya setuju, salah satu penyelesaian banjir adalah dengan pembenahan tata kelola kota yang saat ini sudah amburadul. Tapi yang menjadi kekhawatiran berikutnya adalah ketika solusi ini ditelan mentah-mentah oleh pemerintah tanpa pernah melihat akar persoalan secara kebih struktural. Yang terjadi adalah persis paska banjir tahun 2007, pembenahan kota dilakukan secara besar-besaran. Penggusuran marak terjadi dimana-mana, dan yang disasar adalah permukiman warga miskin dengan mengatasnamakan pembangunan kawasan hijau dan pengendalian banjir.

Inilah yang mesti dilihat secara lebih jauh, bahwa melihat persoalan lingkungan tidak bisa hanya dari aspek teknis lingkungan. pendekatan ekologi politik digunakan untuk mengkaji aspek politik, ekonomi dan sosial yang menjadi penyebab utama degradasi lingkungan dan kekayaan alam (Blaikie and Brookfield, 1987). Bahkan selain menggunakan analisis structural, ekologi politik kontemporer juga menggunakan keterkaitan antara pengetahuan, kekuasaan, dan wacana.

Ruang terbuka hijau (RTH), memang menjadi kebutuhan mendesak bagi kota Jakarta yang memiliki laju kerusakan lingkungan hidup begitu tinggi. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta dalam study cepat yang dilakukan dengan wawancara terhadap 1000 orang warga krisis di Jakarta, mendapatkan hasil bahwa kualitas hidup di Jakarta memang semakin buruk. Tingkat polusi udara yang begitu tinggi, persoalan sampah dan banjir yang setiap tahunnya mendatangi kawasan padat huni ini.
Jakarta dan kota-kota besar lainnya juga mengalami fragmentasi ruang publik yang begitu besar, akibat konversi untuk kepentingan kawasan komersil, ruang interaksi sosial warga Jakarta, yang sekaligus memiliki fungsi ekologis, telah beralih menjadi pusat perbelanjaan yang kemudian didefinisikan sebagai ruang publik.

Nampaknya, ini bukan lagi persoalan perbedaan interpretasi. Ini sudah menyangkut persoalan perbedaan kepentingan, dan pemerintah dalam hal ini lagi-lagi memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan warga miskin, sehingga kepentingan warga miskin dapat dikalahkan oleh kepentingan lain yang lebih besar yakni kepentingan modal.

Wacana tentang lingkungan hidup kini diadopsi oleh pemegang kekuasaan dan pasar, dengan bungkusan modernisasi ekologis (ecological modernity), dan pembangunan berwawasan lingkungan (green developmentalism), tujuannya jerlas yakni untuk kepentingan politik dan pasar, dengan menyingkirkan rakyat yang tidak memiliki kekuatan secara ekonomi dan politik.

Bahkan dengan mengusung pendekatan Green Developmentalism, isu lingkungan kemudian bergeser menjadi komoditas baru diantaranya bisnis perumahan yang kini semakin marak diiklankan lewat media massa. Sebagai komoditas ekonomi, sasarannya juga jelas yakni kelas menengah keatas yang tingkat konsumsinya melampaui daya dukung lingkungan. Bukan dalam rangka memenuhi hak atas lingkungan yang hidup dan sehat sebagaimana yang diamanahkan dalam Konstitusi yang menjadi hak semua warga negara.

Mengelola Kota
Kepentingan ekonomi memang jauh mendominasi kebijakan pemerintah, dibandingkan dengan isu keberlanjutan kehidupan bagi rakyat dan lingkungan. Perebutan kue pembangunan, selalu dimenangkan oleh pasar dan industri yang menguasai tata konsumsi dan tata produksi masyarakat. Penegakan hukum untuk mengimplementasikan peruntukan perencanaan ata ruang wilayah sebagai ruang terbuka hijau, hanya berlaku untuk warga miskin, tidak berlaku untuk investasi.

Karenanya, pengurus negara harus merubah solusi dalam menangani problem perkotaan, dan hal pertama yang mesti dilakukan adalah bagaimana merubah kebijakan pembangunan dan kebijakan ekonomi yang dipilih. Persoalannya bukan pada seberapa tinggi populasi penduduk di kota-kota besar, tapi seberapa jauh distribusi lahan dan tingkat konsumsi masyarakat dapat dikelola secara adil dan berkelanjutan.

Pengelolaan tata kota tidak hanya dengan melihat aspek teknisnya semata, meskipun itu memang lebih menarik karena putaran uang untuk proyek akan sangat besar. Terlebih, dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan, kota akan menjadi tempat pengungsian terakhir ketika desa tidak lagi dinilai bisa memberikan jaminan atas kesejahteraan dan produktifitasnya, sementara kota memiliki daya dukung ruang yang terbatas. Artinya, yang dibutuhkan adalah kebijakan pengelolaan kota dan tata ruang yang berkeadilan, baik untuk lingkungan maupun keberlanjutan kehidupan rakyat, terutama kelompok rentan seperti miskin kota.

Baca selengkapnya...

cintaku mati muda
asaku mati muda
nuraniku mati muda
entah .............
apakah masih ada
waktu untuk sebuah
cita reformasi
yang kematiannya
menghentakkan keyakinan kita
karena
tak seharusnya
dia mati muda juga

(lie 0403)

Baca selengkapnya...

Marsinah - Puisi Linda Christanty

Aku tidak tahu bagaimana menari dan memainkan gitar dengan benar
Jari-jariku ini terasa kasar karena bekerja
Dan lagu yang kudengar adalah perintah dan bising mesin setiap hari
Tak bisa mengiringi aku menari

Aku tidak sendirian tapi kami tak boleh bicara
Tentang upah yang rendah, kontrakan yang pengap
Dan mengapa kami tak pernah bisa membeli
Baju atau sepatu yang kami buat sendiri

Kami tak boleh menjadi teman
meski bersama-sama setiap hari
Suatu hari kami mulai bicara dan berteman
Dan aku benar-benar tidak sendirian

Kami menamai hari baru yang tak ada dalam kalender: pemogokan
Hari itu juga beberapa temanku tak pulang kerumah,
Orang-orang berseragam membawa mereka pergi
Aku mencari mereka dan akhirnya tak pernah pulang

Tapi jangan mengenang hari ini dengan sedih
Nyanyikan lagu gembira berirama cepat
Dan mengajak semua orang menari
Biar keringat kita yang menetes hari ini
Terbit dari rasa kebebasan
Karena keringat kita setiap hari mengalir dipabrik-pabrik
Dalam perintah dan bising mesin

jakarta, 6 mei 2010
diminta dengan sangat cepat oleh Wilson dan John Tobing


sumber : indoprogress.blogspot.com

Baca selengkapnya...

Partai Hijau, Terobosan Pembaruan Politik (usang) Indonesia

oleh: Andreas Iswinarto

Partai Hijau? Terobosan politik di tengah politik kebangsaan Indonesia yang makin usang, bebal dan busuk? Demokrasi tanpa Demos, Politik Representatif tanpa Representasi.

Anda tentunya tahu perkakas bernama pengungkit. Perkakas kecil, sederhana dan cerdas. Dengan mendayagunakan energi yang kecil tapi mampu mengungkit benda yang berat. Saya berpikir Partai Hijau dapat dianalogikan dengan perkakas ini. Atau menjadi ‘tipping point’ (meminjam Malcom Gladwell) pembaruan politik kita. Atau ‘the turning point” (titik balik peradaban) meminjam Fritjof Capra.

Small is Beautiful, Small is Powerful.

Apa pandangan dan komentar anda? Menurut anda bagaimana menjadikan itu mungkin? Lebih jauh lagi apa yang bisa kita lakukan bersama untuk menjadikan itu mungkin?
(silah menuliskan gagasan cemerlang anda di kolom komenter dibawah artikel ini atau bisa juga ke email kerja.pembebasan[ad] gmail.com)

Akhir kata tidakkah inspiratif bagian penutup global green charter (piagam kaum hijau sedunia) “greens will support each other personally and politically with friendship, optimism anda good humour and not foget to enjoy ourselves in the process!”

selengkapnya di http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2010/05/partai-hijau-terobosan-pembaruan.html

Baca selengkapnya...

beli ikan di pasar Jum’at
Mancing dulu di pinggir kali
aye ame rombongan datang dengan segala hormat
mohon diterime dengan seneng hati

Rombongan calon mempelai laki-laki akan dicegat di depan pekarangan rumah, “eh, bang. Jangan asal nyelonong dong, main masuk-masuk aje ente nggak pake permisi”. “emang ada syaratnye bang”, dijawab “eh, ente boleh masuk kalau udah penuhi syarat-syaratnye”.


Berbalas pantun seperti penggalan pantun di atas, merupakan satu syarat pembuka yang harus dipenuhi oleh calon mempelai laki-laki dan keluarganya sebelum diterima masuk ke dalam pekarangan rumah, selain 2 (dua) syarat lainnya yang tidak kalah beratnya.

Syarat berikutnya adalah saling “adu pukul” alias main silat, yang menang baru boleh masuk. Sudah bisa ditebak, pastinya jagoan dari pihak laki-laki yang menang. Sepukul dua pukul, jagoan dari pihak laki-laki dan perempuan menunjukkan kebolehannya bermain silat.

Eit, biarpun sudah menang jagoan calon mempelai laki main silatnya. Palang pintu belum bisa dibuka sebelum syarat terakhir dipenuhi yakni baca syair Sike yang berbahasa arab yang berisi pujian dan doa-doa agar kedua mempelai bisa bahagia. Nah, setelah semua dipenuhi, barulah calon mempelai laki-laki bersama rombongan dipersilahkan masuk.

Buka palang pintu merupakan prosesi yang satu sama lain seperti menjadi jalan cerita (alur) sebuah peristiwa, dan dari proses kawinan orang Betawi ini kita bisa melihat berbagai budaya menjadi satu kesatuan yang indah. Mulai dari arakan-arakan calon pengantin dengan iringan hadrah dan marawis yang jika boleh dibilang berasal dari budaya arab, mercon alias petasan yang konon merupakan kebudayaan Cina dimana saban acara-acara besar di Betawi tidak pernah ketinggalan. Sampai berbalas pantun dan silat yang banyak ditemui pada kebudayaan Melayu.

Rasanya belum cukup afdol, jika prosesi buka palang pintu ini tidak dilengkapi dengan aneka makanan dan minuman betawi seperti asinan betawi, kue selendang mayan dan bir pletok. Kue selendang mayang dan bir pletok merupakan jenis makanan dan minuman yang sudah jarang ditemui, dan menariknya keduanya memiliki sejarah namanya masing-masing. Konon keduanya juga punya rasa yang enak, hmmmm yummy (hanya bisa membayangkan) karena saya juga tidak bisa mencicipinya. Kami berdua masih harus duduk manis di pelaminan yang berbentuk teras rumah adat Betawi. Teman-teman kami yang kebetulan berasal dari luar Jakarta menyebut ini rumahnya si Doel, mungkin karena mereka penggemar si Doel Anak Sekolahan. Hehehe….

Arakan bersama sepasang roti buaya dibawah pohon kembang kelapa yang bertabur duit recehan, berbalas pantun, berpencak silat, membaca sike menjadi satu cerita yang menarik dan sangat berbekas dalam perjalanan kehidupan kami berdua. Dibumbui sedikit cerita kumpeni di sela-sela waktunya. Semula mau dicut, tapi untuk apa juga menipu sejarah bahwa kumpeni sedikit banyak juga mempengaruhi peristiwa atau kehidupan orang Betawi, pun juga budayanya. Misalnya di waktu-waktu yang lalu, pengatin juga ada sessi menggunakan pakaian bergaya eropa. Juga bir pletok sejarahnya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang-orang Belanda atau orang Betawi menyebutnya dengan kumpeni.

18 April 2010, satu tahun usia perkawinan yang telah terlalui, melihat kembali rekaman proses perkawinan kami (karena waktu itu saya yang menjadi “tuan putrinya”), saya seperti sedang menyaksikan sebuah percampuran berbagai budaya yang mengalir dan hidup bersama di sebuah entitas yang bernama Betawi. Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di Betawi, sungguh saya mensyukuri dilahirkan dari sebuah perpaduan kebudayaan yang sangat kaya. Disini saya mengamini apa yang dituliskan oleh Lance Castle dalam Melting Pot, di Jakarta, Tuhan sedang membuat orang Indonesia.

Aaaaah, akhirnya satu pintu telah kami buka dan lalui bahkan dengan dua perpaduan budaya Betawi dan Banjar. Semoga kami masih bisa terus melangkah bersama, karena kami meyakini cinta dapat membebaskan.

(kk, 18 april 2010)

Baca selengkapnya...

Kekerasan, Wajah Pengurus Negara dalam Politik Ruang

Kasus yang terjadi di Koja Tanjung Priok Jakarta Utara (Rabu, 14 April 2010), merupakan satu dari sekian banyak peristiwa kekerasan yang terjadi di Indonesia dengan berbagai politik kepentingannya. Sebelum peristiwa yang terjadi di Priok, berbagai kasus penggusuran dengan menggunakan kekerasan kerap terjadi di berbagai kota di Indonesia, dan korbannya kebanyakan adalah orang-orang miskin yang selama ini tidak memiliki akses dan control terhadap ruang hidupnya (ruang ekonomi, ruang social maupun ruang budaya) masyarakat dengan mengatasnamakan penataan ruang.


Politik tata ruang di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta sarat dengan pertarungan kepentingan. Selama ini penataan ruang di Indonesia didominasi oleh kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kepentingan rakyat lainnya, apalagi kalau bukan kepentingan yang memiliki kekuatan baik secara ekonomi yang diwakili oleh pemilik modal maupun kekuatan politik yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah melalui alat-alat kekuasannya seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Belakangan di banyak tempat dalam kasus penertiban dan penggusuran permukiman dan tempat mencari makan warga miskin, Satpol PP menjadi aktor utama dan menampilkan watak dan prilaku yang bercorak militeristik.

Penataan ruang, seharusnya juga dapat memenuhi rasa keadilan bagi semua orang, khususnya bagi kelompok rentan yang selama ini tidak memiliki akses dan kontrol yang cukup terhadap proses pembangunan perkotaan. Penataan ruang kota saat ini masih diskriminatif bagi kelompok rentan seperti kelompok miskin kota. Politik penataan ruang tidak memberikan penghormatan (to respect), perlindungan (to protect) dan pemenuhan (to fullfil) terhadap ruang hidup warga negaranya, orang-orang miskin yang selama ini telah memberikan subsidi kepada negara melalui cara bertahan hidup mereka dengan bekerja di sektor informal seperti menjadi pedagang asongan, pengamen dan lain-lain yang sesungguhnya sedang membantu pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan.

Kekerasan dan premanisme bahkan tidak dibenarkan dengan alasan apapun, karena ketika kekerasan digunakan sebagai pemegang kendali dalam pengelolaan kota, maka jarak antara pengurus negara dan rakyat yang mengalami krisis akan semakin jauh, bahkan berada di ruang yang saling berbeda.

Melihat Fakta-Fakta tersebut, Sarekat Hijau Indonesia menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Negara menghentikan praktek-praktek kekerasan dan tindakan diskriminatif dalam politik penataan ruangnya
2. Menjamin terpenuhinya hak-hak warga negara atas ruang hidupnya secara ekonomi, politik, social dan budaya yang mengedepankan demokrasi dan hak asasi manusia
3. Membubarkan Satuan Polisi Pamong Praja yang selama ini selama ini hanya menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan dan pemilik modal

Contact person:

1. Koesnadi Wirasapoetra (Sekretaris Jendral) : 081288044608
2. Khalisah Khalid (Biro Politik & Ekonomi): 0813 111 87498

Baca selengkapnya...

Karya Luar Biasa Bengkel Menulis 13.13

Buatku, pagi ini sungguh indah. bumi bermandikan hujan, setelah panas lama "menyetubuhinya". Aku memilih duduk disamping jendela kamar, sembari membuka kembali kumpulan file-file yang bersemayam lama di lemari otakku. Mengingat lagi, bahwa ada teman-temanku yang lama tak kusinggahi dan aku pernah menautkan janji untuk kembali menemui mereka di bengkel menulis yang pernah kami ciptakan bersama.

Sungguh, buatku itu janji yang hendak kurajut bersama dengan teman-teman muda belia, yang telah memahatkan karya luar biasa lewat goresan tangannya. Ijinkan aku kembali menuangkan maha karya Dwi dalam Gadis Itu Amira, Mita dalam Arti Sebuah Tangisan Firsa dan dan Eka dalam Sampaikanlah Walau Satu Ayat. Karya ketiganya, sungguh menjadi inspirasi buatku.

Baca selengkapnya...

Sampaikanlah Walau Satu Ayat

Oleh: Eka
Siswi SMK TI Airlangga-Samarinda


Berawal dari memperbaiki sebuah computer dirumah seorang sahabat …..
Hari itu melelahkan memank apalagi ne kan bulan pwsa Puaaanassnya Bisa dibayangkan ,tapi bingun mw gman lagi ne computer kok gak baik2 yeah …..

Huft …..pusink aq ….
Siti : duch nur qw pusink nah dari tadi kok tetep kagak bisa baik yea ne computer padahal dah dibongkar berapa kali juga ….
Nur ; ough ….gitu yeah , yea dah qt break dulu smbil siap2 menunggu waktu buka . . .( dengan nada sedikit kecewa )
Siti : wah …qw lum smpat minta jemput neah …gmna dunk qw bka pWsa disini yah Sob ( sambil merangkul pundak Nur )
Nur : ia dech ….boleh ..
Saat itu memank siti & nur sedang menjalani ibadah pwsa …..namun siti sedikit bingun neah saat siti sholat ashar tadi …..hemmm ??? alaaaaahhh …ntar zadech saya certain qt liat lanjutannya dulu ….
Nur : ti …bwa makannya ke mja makan sana ,qw mw bwt minum dulu …
Siti : ia ….ia , ..
Nur : nah dah siap ….
Suara bedug pun terdengar dari sebuah stasiun televise sawsta ….
Siti : nah dah buka ,gmn kalau qw yang pimpin doa …
Nur : terserah muw ti ….
Siti pun memulai berbuka …mereka menyantap dengan lahapnya …Nyam …Nyam …
Mungkin begitu bunyinya ….heheheh
Siti : Nur makanya jagn terlalu banyak ntar kmu kekenyangan & susah sholat magrib loch ….(heran)
Nur : Aaalah …egp pentink qw kenyang …(sambil melanjutkan makan )
Siti hanya geleng” kepala ….sesaat kemudian mereka telah selesai berbuka ….siti dan nur pun mulai beres-beres ….
Siti …Sholat berjamaah dulu yuks ….cuci piringnya ntar za …
Nur : kmu duluan za deach….tanggung neah ..
Siti : yea udah qw duluan za ..
Setelah selesai sholat siti langsung ngabur kedapur untuk ngantiin nur cucian …
Siti : Udah sini qw za yang cucian gentian sekarang kamu yang sholat (sambil memegang piring kotor yang dicuci nur )
Nur : males ach …mw cucian za …
Siti : loch kok gitu …tadi kan dah pwsa sekarang wajib ntuk sholat ….kan sma2 wajibnya ….
Nur : Ti ..biar 1000 orang nyuruh qw sholat tapi kalau qw gag mw yea gag mw …
Qw mw yadar ntar klo dah dpet hidayah ..(sambil menjelasakan panjang lebar)
Siti : heh …yah sekarang neah hidayanya dah datang …hidayah tuch datangnya dari mana za …makanya qw yg ngingetin kamu biar sholat ….hemm pantas za tadi gag sholat ashar ….
Nur : Ti …qw tuch bnr2 malas jadi mw gmn lgi ….
Siti :hehmm ….jadi kalau di tempat kerja gmana temen2 kamu pa gag ngingetin …pa???
Nur : kalau di tempat kerja kan sholatnya sama-sama ….jadi ngikut za …
Siti : astagfirullah ,jadi selam ini sholatnya cma ikut-ikutan za …kalau sendirian dirumah gimana ….kamu sholat dimasjid …???
Nur : gag jg …
Siti : ya Ampun ….yea dah dech qw cma mau ngingetin za …semoga lain kali kamu bisa dapat hidayah yang pamungkas ….
Nur : amien dech …kamu tungguin za qw imsyak …Aaalaah isyaf jeng …
Siti : is ..is …ya dah qt siap-siap sholat tarawih dulu yok …di masjid kan rame tuch jadi kamu bisa ikut …
Nur : ustad mudanya ada gag kalau ada baru ku ikut ..lagiankan sunah jga …
Siti : hiiiih (kesal),banyak semuanya ada dari ustad dadakan mpe ustad beneran …semuanya ada bu …
Nur : key dech qw ikutan …biar kmuw gag marah ..
Siti : yea dah ayo …v biz ntu antr qw pulang yeah …
Nur : lah …trus computer ku gmn ???
Siti : qt bawa ke service za ya bu …qw malas baikin …hehehehe
Nur : huh , dasar (sambil nunjul kepala siti )
Mereka pun bergegas sholat tarawih di masjid ….yah walau nur tetap gag mw sholat magrib v dah mw sholat tarawih ,semoga za permualan yang baik ….nah kalau kita punya temen model ginian …qt kudu ngingetin sobat ….kan Sampaikanlah walau satu ayat ….

Baca selengkapnya...

Arti Sebuah Tangisan Firsa

Oleh: Mita
Siswi SMK TI Airlangga Samarinda

Menangis…
Sebenarnya arti tangisan buat ku adalah segalanya, menangis adalah kegiatan seseorang dimana ketika suatu peristiwa yang dirasa menyedihkan, mengharukan bahkan menyenangkan oleh hati maka otak dan pikiran kita akan menstimulasikan perintah untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam mata kita dan menetes keluar entah darimana itulah yang dinamakan air mata dan itu adalah pemberian Allah, dan kegiatan inii pula yang sering aku lakukan dimanapun aku berada jikalau sedang sedih.

Oya, perkenalkan namaku Firsa Adya Putri Winata anak ke-3 dari 4 bersaudara saat ini statusku masih terhitung siswa di SMK Pratama Jakarta jurusan bahasa dan aku bisa dibilang “anak kos” dirumah sendiri, karena orangtuaku ada tuntutan pekerjaan ditempat lain dan menetap bersama adikku yang masih kecil ditempat itu jadilah, kami ditinggal dirumah yang bisa dibilang lumayan besar ini. Terkadang orang lain menganggap anak kos adalah “wild Child” istilahnya karena tidak ada pantauan dari orang tua, free to do anything padahal sih nggak juga tetap ada kewajiban yang harus dilakukan.

***
Keseharianku normal berjalan seperti biasa dengan tugas menumpuk sampai-sampai tumpukan sampah di bantar gebang itu bakalan kalah tingginya dengan tugasku yang banyak ini. And it’s all about poetry and those things that I’ve never figure out. Aku sama sekali blank tentang sastra .dkk itu dan tiap hari menangis karena saking blanknya.

”hik..hik..”, ”kamu kenapa lagi Fir? Pasti gara-gara tugas itu lagi?”tanya temanku Aka, ”he eh. Hik..hik, bunuh aja aku ini, Ka susah banget gila!”cetus ku. ”Hush..kamu ini ngomong apa?dengan senang hati kalau begitu mana pisaunya?.hihihi” canda Aka, ”Aka, aku lagi sedih kok di becandain sih gak lucu ah”,”abis kamu ini macam-macam aja pikirannya minta dibunuh segala, yang sabar ya cin?”dengan aksen yang menyerupai Cinta Laura itu. Soalnya dia ngefans banget sama Cinta Laura walaupun orang-orang banyak yang mengkritiknya.”eh, kamu kok santai banget emang kamu udah ngerjain tugasnya Pak Darman itu?tentang Sastra Shakespeare?”tanyaku, ”belum sih, harusnya kamu contoh aku ini orangnya nyantai kaya’ di pantai, Slow kaya’ di Moskow.hahaha” Canda Aka lagi, dia memang suka bercanda gokil abis itu yang aku suka dari dia.”hahahaha...kamu ini ada-ada aja deh, ah jadi nggak sedih lagi nih aku. Thanks ya my friend?”,”ouuu...so sweet,come on give me a hug babe?”pintanya, lalu kami berpelukan bagai teletubies tapi versi kurusnya

***
Kemudian Angin datang menghampiri aku, Angin adalah orang yang suka sama aku dari kelas 10 semester 1 dan yang mengenalkan aku dengannya adalah Alisa temanku. I think he’s not really bad, bayangkan dia pdkt sampai 1 tahun sama aku karena aku orangnya type-type introvert gitu deh, gak mudah open minded sama orang yang baru kenal, tapi ini sudah 1 tahun, bo. Bibit yang disemai itu pun telah tumbuh, aku sayang sama dia, dia pun begitu. 2 tahun berjalan sekarang aku dan dia sudah sama-sama dikelas 3 banyak yang sudah diarung jerami masalah itu, kebahagiaan itu, tangis sakit hati itu, namun itu belum berarti semuanya kami bisa happily ever after seperti di dongeng.

”asalamu’alaikum nyit-nyot ku selamat pagi?”salamnya,nyit-nyot adalah panggilan sayangnya buat aku dan aku memanggilnya Pikok,”wa’alaikumsalam, pikok.kenapa tadi malam nggak ada telepon aku? Selingkuh ya?”.”nyit-nyot, curiga mulu. Gak tadi malam aku ketiduran jadinya aku lupa mau nelpon kamu maaf ya?”. aku pun mengangguk menyatakan iya, lalu dia pamit mau masuk kelas. Kelasku dan kelasnya berbeda sederhana aja karena kami beda jurusan dia IPA dan aku jurusan Bahasa. Menurut pengamatanku perempuan selalu merasa senang jika melihat laki-laki berjalan didepannya maksudnya perempuan itu lebih nyaman melihat laki-laki dari punggungnya, entah kenapa aku pun begitu. Mataku tak bisa berpaling sebelum bayangan punggung itu menghilang.

***
Keesokan harinya...
Hari ini dimarahin lagi sama mbak ku yang pertama gara-gara nggak bersihin dapur padahal aku lihat-lihat dari tadi dia Cuma nonton TV aja kerjaannya kenapa nggak dia aja sih?aku selalu berpikir kenapa setiap mbakku mengkritik aku rasanya sakit hati banget dan pasti ujung-ujungnya nangis tersedu-sedu. Hari ini Firsa menangis, hari ini aku menangis lagi, bulan ini sudah 7 kali aku hitung intensitas menangisku semakin deras saja. Entah itu karena bertengkar dengan Angin, mbakku atau karena lagi kangen sama orangtua. Terkadang menangis membuat aku belajar membuatku merasa termotivasi terhadap sesuatu, membuat aku bersemangat lagi, dan bangun dari keterpurukanku. Tapi juga terkadang menangis membuatku merasa terasing dari dunia ku sendiri karena aku menangis hanya sendiri ketika teman-teman melihatku menangis mereka hanya bisa diam dan kita merasa dijauhi oleh mereka. Walaupun begitu arti dari tangisan ini memiliki banyak sekali makna buat Firsa Adya Putri Winata dan aku merasa lengkap dengan adanya tangisan ini. Bukan berarti aku anak yang cengeng dan suka merengek seperti bayi yang menginginkan permen hanya saja menangis akan sangat dibutuhkan olehku yang memiliki banyak masalah ini sebagai sebuah dorongan motivasi untuk meneruskan hidup dan keep survive.
***

Baca selengkapnya...

Gadis Itu Amirah

Oleh: Dwi Cahyanti
Siswi SMK TI Airlangga Samarinda

Sangat jauh langkahnya,akhirnya kini menepi di sebuah kota yang asing baginya. Gadis itu tak bergeming dalam lamunannya,ketika seorang ibu tua menggendong anaknya yang masih kecil. Pikirnya apa yang sedang di lakukan oleh ibunya di rumah. Gadis itu Amirah,siswa lulusan SMA ternama. Saat ini ia sedang melarikan diri dari rumahnya hanya karena orang tuanya melarang apa yang ia inginkan.Amirah ingin sekali menjadi seorang pengacara, ia berharap dengan begitu ia bisa membela hak orang-orang yang tak berdaya. Amirah adalah seorang anak yang temperamental, namun memiliki hati yang baik. Kali ini hal yang di lakukannya memang keterlaluan. Kejadiannya bermula ketika Amirah dan ayahnya membicarakan tentang sekolah lanjutannya. Ayahnya ingin ia menjadi seorang perawat,akan tetapi Amirah terus bersikeras ingin menjadi seorang pengacara. Puncaknya,esok harinya ketika hari masih subuh secara diam-diam ia melarikan diri dari rumah.Sontan pagi itu di rumah keluarga Amirah menjadi panik.


Masih dalam lamunnya,sesaat kemudian ada seorang anak jalanan yang mengamen di dekatnya. Dengan rasa iba,Amirah menyodorkan selembar uang seribuan. Anak jalanan itu kemudian berterima kasih padanya dan duduk di dekat Amirah. Mereka mulai saling berbicara,ketika itu ia mulai berpikir bagaimana bertahan hidup jika tidak mempunyai pegangan apa-apa. Tanpa basa-basi Amirah bertanya pada anak jalanan itu yang ternyata bernama Anton mengenai pekerjaan yang bisa Amirah lakukan. Mulanya Anton merasa heran,bagaimana bisa seorang gadis yang terlihat dari cara berpakaiannya seperti orang berada bertanya tentang pekerjaan kepadanya. Namun Anton tidak mau ambil pusing,ia menyuruh Amirah dating ke tempat agen Koran dan melamar pekerjaan sebagai pengantar Koran pada Amirah. Amirah sedikit ragu apa ia bisa menjadi seorang pengantar Koran,tapi tidak apalah saat itu pikirnya. Karena tidak ada pilihan lain,saat ini Amirah hanyalah seorang gadis lulusan SMA. Ia tak bisa berharap banyak pada pendidikannya. Ia mulai melamar pekerjaan pada agen Koran yang di beri tau Anton. Tak hanya itu ,Amirah juga bertekad memulai kehidupannya dari nol. Sekarang ia tinggal di kos-kosan teman sekolahnya di SMA. Pagi saatnya bagi Amirah mengantar Koran, setelah itu ia bekerja di sebuah percetakan menjadi bagian administrasi. Kini ia mulai menata hidupnya,mencari bantuan beasiswa untuk kuliahnya. Amirah tak ingin walau ia tidak hidup dengan orang tuanya lantas pendidikannya bisa putus.

Ketulusan mirah dan teman-teman di kampusnya membuat mereka membangun sebuah sekolah. Sekolah ini di peruntukan untuk para anak jalanan dan anak putus sekolah,tidak terkecuali Anton yang dengan baik menolong Amirah .Mereka melakukannya tanpa pamrih, Amirah kini menjadi seorang yang lebih matang menghadapi hidupnya. Walau pergi dari rumah dengan kesan yang tak baik terhadap keluarganya, ia bertekad suatu hari nanti ia kembali dengan keberhasilan. Di alain sisi ayah dan Ibu Amirah yang cemas dengan kepergian amirah hanya bisa selalu berdoa dan berharap untuk keselamatan anak mereka. Ayah Amirah menyadari bahwa apa yang menjadi keinginan seorang anak adalah hal yang terpenting. Orang tua amirah tak dapat menemukannya,karena Amirah tidak berada di kota tempat orang tuanya tinggal. Untuk Amirah ia mulai menyukai hidupnya,karena selain menjadi seorang mahasiswa di jurusan hukum. Kebutuhannya juga lebih terpenuhi karena Amirah rajin menabung dan menggunakan uangnya dengan baik. Tapi bagaimanapun ia tetap merasa gelisah . amirah begitu merindukan keluarganya yang selama ini di tinggal pergi olehnya. Terkadang ia menyesali apa yang terjadi pada dirinya,tidak sepantasnya ia menentang ayahnya walau itu harus melepas mimpinya. Semua masalah bisa di selesaikan dengan baik-baik,dengan begitu ia tak perlu pergi dan meninggalkan keluarganya. Yang terjadi tak bisa kembali,waktu terus akan berputar. Apa yang ada sekarang harus ia jalani dengan penuh semangat.

Siang itu ketika matahari sedang terik-teriknya,Amirah duduk di bangku taman sembari memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di jalanan. Tak lama kemudian Anton dating,saat itu Amirah tahu dalam lelahnya Anton seperti menyimpan sesuatu yang tak bisa ia katakan. Sama seperti Amirah,Anton hanya menyapa Amirah kemudian memandang jalanan. Amirah yang tidak enak dengan sikap Anton yang berbeda, maka ia mulai bertanya pada Anton. Awalnya Anton mengelak dengan alasan sekarang ia hanya merasa capek saja. Amirah terus mendesak hingga akhirnya ia mulai bicara. Dengan mukanya yang terlihat sedih,ia mulai bercerita. Rupanya Anton merasa bingung dengan keadaan ibunya yang sedang sakit,sementara ayahnya hanya menjadi seorang kuli. Kehidupan mereka yang susah membuat Anton dan keluarganya tak bisa berharap banyak pada kesembuahan ibunya. Amirah merasa sedih sekali,ia member semangat kepada Anton dan berjanji berupaya membantu sebisanya.

Esoknya ketika sedang diskusi organisasi bersama teman-temanya, Amirah memberitahukan perihal kesulitan yang di alami oleh keluarga Anton. Spontan seluruh teman-teman amirah menyetujui untuk membantu keluarga Anton dengan memberikan sumbangan. Sungguh mulia perbuatan yang di lakukan Amirah dan teman-temannya. Setelah itu mereka datang ke rumah Anton dan mengajak ibu Anton ke rumah sakit. Anton begitu bahagia sebab ibunya kini bisa di rawat di rumah sakit.Anton begitu berterima kasih pada Amirah dan teman-temannya. Saat berada di rumah sakit ternyata Amirah melihat ibunya,ada banyak keraguan dalam hatinya untuk bertemu dengan ibunya. Namun amirah berusaha mencari tahu apa yang di lakukan ibunya di rumah sakit pada seorang suster. Suster berkata pada amirah bahwa ibu yang ternyata ibu Amirah sedang menunggu ayahnya yang sedang sakit. Mendengar hal itu Amirah sangat sedih dan menyesal terhadap yang telah di lakukannya selama ini.

Ia bertekad kuat untuk tetap pada pendiriannya,untuk mengejar cita-citanya. Tapi semua ini tidak semudah harapannya. Amirah terus merasa bersalah pada keluarganya. Hingga pada suatu hari dengan tekad yang bulat ia dating ke rumah sakit tempat ayahnya di rawat. Seluruh anggota keluarga yang berada di ruangan ayah Amirah merasa bahagia oleh kedatangannya. Mereka tidak peduli tentang apa yang telah terjadi, mereka hanya bersyukur karena Amirah dalam keadaan baik-baik saja. Ayahnya merasa bahagia hingga menangis ketika Amirah mencium tangan ayahnya dan menangis meminta maaf pada ayahnya. Akhirnya Amirah menceritakan tentang pengalamannya selama pergi dari rumah. Mendengar hal itu ayah amirah hanya bisa berkata bahwa ia bangga pada anak perempuannya itu yang bernama Amirah. Oleh karena itu ayahnya Amirah menyetujui apa yang menjadi cita-cita amirah selama ini. Amirah sangat bahagia karena sekarang ia tak perlu bersikeras melakukan berbagai hal yang ingin ia lakukan. PAda akhirnya kehidupan yang indah bersama keluarga dan teman-temannya telah di genggam oleh Amirah. Gadis yang ceria dan baik itu Amirah.

Baca selengkapnya...

Sepuluh hari ini, saya diberi kesempatan berjumpa dengan calon penulis-penulis hebat di Kalimantan Timur. Saya menyebutnya calon penulis hebat, karena banyak dari teman-teman yang hadir disini baru pertama kali terjun dalam dunia "tulis menulis". Namun ada yang membuat keberadaan saya disini berkesan, sebagai penulis "pemula",
teman-teman dapat memberikan begitu banyak pengetahuan yang bisa saya dapatkan.


Sebagai pendatang baru di kota Samarinda ini, saya seperti diajak berwisata oleh teman-teman, mengenali wilayah ini lebih jauh lagi. bukan hanya cerita-cerita yang biasa dan bisa saya surfing dengan mudah melalui internet, namun lebih dari itu. penulis-penulis ini mengajak saya mengenali kalimantan timur dalam sudut pandang yang berbeda.

sebut saja wisata kuliner yang tersedia di samarinda, bukan hanya bercerita tempat dimana saja kita bisa menjumpai aneka makanan atau jajanan. Marcel, salah seorang peserta yang memiliki senyum manis ini, mengenalkan saya bagaimana kuliner dapat dilihat dalam sudut pandang historis, sosiologis dan ekonomi.

kuliner di samarinda tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertarungan ekonomi antar etnik yang bisa dianalisis dari aneka makanan yang "dikuasai" produksinya oleh etnis tertentu. misalnya orang-orang Lamongan yang menguasai makanan sari laut atau soto yang dikuasai oleh orang makassar. penguasaan terhadap produksi makanan ini, tidak lepas dari asal muasal jenis makanan itu sendiri. Marcel menyebutnya dengan masakan yang berbasis "kompetensi" dari asal daerah.

dalam perjalanannya, wisata kuliner di Samarinda mengalami pergeseran dimana terjadi apa yang disebut dengan diversifikasi kuliner. Misalnya orang-orang buton yang banyak menguasai warung "DJenggo", yang menjual aneka makanan dari berbagai daerah dan anehnya justru tidak ada makanan yang berasal dari buton.

dalam pandangan saya, apa yang disampaikan oleh Marcel dalam tulisannya terkait dengan wisata kuliner Samarinda ini, sarat dengan analisis ekonomi politik. dimana salah satu entitas dapat mempertahankan kehidupannya termasuk didalamnya kehidupan berekonominya, jika dia berada dalam satu komunitas etnisnya.

dan analisis ini sungguh luar biasa menariknya, karena dalam hampir semua program wisata kuliner yang semakin marak di berbagai media massa, wisata kuliner direduksi hanya seolah-olah urusannya hanya terkait dengan pengolahan resep-resep masakan, dan miskin dari berbagai "warna" yang sesungguhnya tidak bisa dihilangkan dari pengetahuan tentang seluk beluk kuliner itu sendiri.

Meskipun saya belum pernah berkunjung ke warung Djenggo, paling tidak dari sini saya mengerti bagaimana sistem berjualan warung ini yang biasanya dibuka dari mulai jam 20.00 hingga jam 03.00 pagi. unik, karena warung ini punya sistem "penghitungan" pembayaran yang berbeda dari warung-warung makan lainnya.

Baca selengkapnya...

Kabar dari Kawan

"Teruslah menulis tentang apa yang kamu rasakan, apa yang kamu pikirkan dan apa yang kamu mimpikan. Menuliskan air yang mengalir, menuliskan daun yang gugur, menuliskan jingga yang tak pernah beranjak dari mendung". Itulah pesan singkat (sms) yang diterima Khalisah Khalid dari seorang sahabat, selepas pemuatan artikelnya "Panasnya Batu Bara" di Kompas. Karena kehangatannya dan pilihan katanya yang puitis, pesan singkat ini kuat melekat di ingatan gadis yang ramah dan supel ini.


Baginya sms-sms yang kerap menyapanya dengan simpatik, seperti alunan doa untuk setiap langkah yang dilaluinya. "Aku senang dengan pujian mereka", katanya lugas, sambil pandangnya menerawang jauh dan raut wajahnya mengeras. Seperti ada beban berat yang ia tanggung, perjalanan penuh aral dan kelokan tajam, kesakitan. Tapi itu tak lama, wajahnya kembali menjadi lembut, cerah dengan senyumnya yang hangat.


Khalisah yang akrab di sapa Alien ini kemudian bercerita tentang Banda Aceh yang membuka jalan sekaligus nyaris menutup kembali jalannya untuk menekuni dunia tulis menulis. Tulisan pertamanya yang dimuat di koran komersial adalah artikel opininya soal RUU Pemerintahan Aceh dan pengeloaan sumber daya alam. Baginya pembahasan RUU Pemerintahan Aceh masih miskin soal perspektif keberlanjutan pengelolaan sumber daya alamdan lingkungan hidup. . Keperduliannya itu tak lepas dari perannya sebagai juru kampanye Walhi Aceh.


Hanya sekali itu saja opininya dimuat di koran lokal, setelah itu Alien kembali tenggelam dalam kesibukannya, rutinitas, pergulatan batinnya dan kemudian menulis bukan lagi prioritas. Bahkan katanya dunia tulis menulis bukan dunia yang menarik baginya.


Sampai kemudian bak disambar petir Alien dikejutkan diagnosa dokter, bahwa sakit luar biasa di kepalanya diakibatkan oleh pembekuan darah di kepala. Bahkan kemudian dokter ahli syaraf yang melakukan diagnosa, dengan nada yang cukup halus mengatakan kemampuan berpikirnya dibawah rata-rata orang dewasa normal.

Prak, diagnosa dokter itu kemudian mengoncangkan kembali batinnya. "Aku merasa tidak ada artinya menjadi manusia" ujarnya getir.


Ironis memang, kepergiannya ke Banda Aceh yang diniatkan untuk memulihkan dirinya, kini memberinya lagi pukulan yang keras. "Aku tinggalkan Banda Aceh, tempat dimana aku sempat menemukan titik balik dalam proses hidup yang aku jalani. Membangun kehidupan baru setelah aku merasakan layar hidupku karam".


Alien tak larut dalam duka dan kekecewaannya, segera setelah kembali ke kota kelahirannya Jakarta ia segera meneguhkan tekadnya untuk menulis kembali. Menguji kemampuan berpikirnya yang dianggap dokter di bawah rata-rata orang dewasa, sekaligus ingin menunjukkan pada dokter syaraf itu bahwa apa yang disampaikannya salah.


Tidak sia-sia berkat kerja kerasnya artikel opininya yang kedua, dimuat di harian Kompas edisi Jawa Barat. Sejak itulah tulisannya terus mengalir dan di muat di harian Kompas edisi Nasional dan Koran Tempo, selain beberapa media yang dikelola NGO. Bahkan kemudian atas permintaan salah satu pengasuh rubrik Swara di harian Kompas, Alien sempat menulis untuk Kompas soal jender dan lingkungan hidup.


Walau dunia tulis menulis telah membuka jalan baginya untuk memulihkan dirinya, untuk mengembalikan kepercayaan dirinya, ia msih terus menanggung derita kesakitan di kepalanya. "Aku harus merasakan sakit kepala, selepas menulis", katanya sambil menghela nafas. "Namun semua itu aku anggap bagian dari proses terapi yang kubangun sendiri. Membangun kepercayaan diri", ujarnya penuh keyakinan.


Sekedar ingin membuktikan aku tidak bodoh, kemampuanku sama dengan orang-orang lainnya", kemudian ujarnya merendah.

Baca selengkapnya...

Sya VI

Sya...
ini hari kedelapan dalam bulan maret, dan aku diberi lagi sekali waktu ini untuk menyaksikan berapa abad sudah perlawananmu para perempuan melawan berbagai rasa yang dilaluinya dengan hatimu, dengan tanganmu, dengan seluruh darah yang mengalir lewat sumsum-sumsummu. melawan lupa, melawan ketidaktahuan, melawan kelemahan, melawan sakit, melawan duka dengan hatimu, dengan tanganmu, dengan seluruh darah yang mengalir lewat persendianmu.

mulai dari balik dinding yang sunyi, hingga menyusup pada keramaian yang datang silih berganti, kau mencoba tidak tunduk pada apa saja yang menghalangi keyakinanmu. aku meyakini lautan luas tersimpan dalam hatimu, hingga ketenangannya dapat perlahan-lahan menjadi ombak yang menggulung rasa ketidakberdayaanmu menjadi kekuatanmu. kau teramat sangat tau, yang melemahkan dirimu adalah dirimu sendiri.

di perkebunan, amarah itu meluap menjadi benih-benih jiwa yang membangkang pada tuan tanah, pada rentenir yang terus saja mencekik lehermu dengan bunga utang yang kau sendiri sudah tidak sanggup menghitungnya, pada mandor-mandor yang seenak udelnya memainkan butiran keringatmu yang satu persatu kau pertukarkan dengan lembaran rupiah untuk bertarung hidup sambil sesekali memainkan tangannya yang nakal untuk menoel pantat-pantat anak gadismu yang juga mau tak mau mengikuti jejakmu menjadi buruh, pada penjajah yang dari dulu hingga kini hanya berubah bentuknya saja. dulu bertopi kompeni dan priyayi, kini berganti berseragam dan berdasi yang sesekali asik
saling berjudi mempermainkan nasibmu sekeluarga tanpa kau tau siapa yang menang, tapi selalu saja pasti hidupmu yang menjadi taruhannya.

di kampung-kampung, amarah itu meluap menjadi toxic-toxic yang siap meracuni rasa takutmu dan merubahnya menjadi bara yang dibakar pagi, siang dan malam pada traktor-taktor besar yang setiap saat siap merobek-robek tanahmu, pada umara'mu yang mengaku menjadi pemimpin dan wakilmu tapi tanpa malu-malu menyumbang masjid dari uang yang mengobral sawahmu, ladangmu, hutanmu menjadi lubang-lubang tambang menganga yang membuat dadamu sesak menahan amarah, pada orang yang bahkan kau tidak kenal siapa dia, dan tiba-tiba datang menyerobot lahanmu dan mengeruk isinya sesuka hati mereka sambil memberikan "gula-gula" dan tak lupa berkata "kami sungguh baik pada kalian".

di pabrik-pabrik, amarah itu meluap menjadi deru mesin yang siap berkejaran mengalahkan rasa takutmu pada bos-bos mulai dari kecil hingga bos-bos yang kaupun tidak tau bagaimana rupanya, tapi dari jam ke jam, menit ke menit, detik ke detik menguras tenagamu tak ubahnya seperti sapi perah kurus yang tak pernah diberi makan, pada

di dapur hingga meja makanmu, amarah itu menjadi bisikan dan lagu yang selalu kau senandungkan pada buah hatimu agar mampu menegakkan kepala, mengepalkan jemari yang selama ini selalu terkepal tak berdaya, menjadi kepalan yang siap meninju angkasa.

di jalan-jalan, amarahmu menyatu dalam seluruh jiwa yang menggelora dalam gemuruh-gemuruh perlawanan pada bangsamu yang selalu mengabaikan hidupmu, pada adat istiadatmu yang menempatkan dirimu tak lebih sebagai properti, pada tafsir-tafsir agama yang selalu dipuja-puji oleh manusia yang tingkahnya melebihi Tuhan-Nya sendiri, pada kapitalisme yang menggenggam seluruh hidupmu hingga kau sendiri tidak mengerti siapa dirimu dalam balutan iklan yang menjual kebahagiaan hidup dalam bungkusan produk yang kau sendiri tidak butuh tapi kau menikmatinya dengan sangat.

sya...
hari itu kembali datang, dan aku sunggu merindumu hadir disini sambil terus mengajakku memahami alur hidup yang singkat ini. "perbuat apa yang kamu yakini sebagai kebenaran, karena itu hidup pilihan".

Baca selengkapnya...

Ngupi Nyok!!!

Ngupi (dalam logat betawi) memang ritual yang paling mengasyikkan, paling tidak itu curhatan banyak pecinta kopi. Bahkan di berbagai status facebook teman, ngupi atawa ngopi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian mereka, sehingga dari statusnya kita bisa tahu siapa saja dari teman saya yang kecanduan kopi. Bahkan saking kecanduannya, kepala rasanya mau pecah, jika sehari aja nggak ngupi.

saya sendiri mulai kecanduan kopi sejak awal masuk kuliah, bergabung dengan komunitas yang kebanyakan adalah penggandrung kopi, membuat saya mulai menaruh hati dan tidak bisa lepas pada jenis minuman yang satu ini, sehari saya bisa menikmati aroma dan rasanya hingga 5 gelas perhari. di keluarga, sayalah yang paling gila kopi, maklum ritual pagi dan sore keluarga saya yang betawi itu dilewati dengan "nyahi" alias minum teh ditemani penganan. karena itulah, saya lebih sering memulai ngupi di kantor, saya bisa puas membuat kopi kental saya. bahkan, ada seorang "pelayan" setia di kantor, tahu betul selera saya yang tidak suka kopi yang encer.

hmmm, saya jadi teringat Aceh. untuk daerah yang satu ini,kedai kopi selalu penuh. dan selama saya tinggal di Aceh, hampir tidak pernah dilewatkan untuk minum kopinya yang terkenal nikmat. plus cara meracik kopinya yang saya suka sekali, "fantastic".

di berbagai kota besar di belahan dunia manapun, ngupi sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Nampaknya para pebisnis paham betul dengan perubahan trend minum kopi seseorang, sehingga warung-warung kopi (warkop) yang dulu lebih sering berada di pinggiran, kini mulai naik kelas. untuk harganya, jangan ditanya lagi. pastinya mengikuti dari tempat dimana kita kongkow untuk menikmati kopi. jika kita duduk di warkop, paling kita harus merogoh uang Rp. 5.000, tapi jika sudah bergeser sedikit ke tempat-tempat yang lebih wah, harganya bisa melambung sampai Rp. 35.000 percangkirnya.

bagi saya penyuka kopi tubruk, nongkrong di warkop lebih menjadi pilihan dari pada di kafe-kafe. bukan cuma soal harganya, tapi ini soal tingkat kekentalan kopi. sebagian besar gerai kopi, yang tersedia adalah kopi yang encer dan itu tentu tidak sesuai dengan selera saya. tapi juga wajar, karena mereka menawarkan suasana, bukan citarasa kopinya.

saya sempat beralih ke kopi-kopi instan, khususnya kopi yang sudah dimix, dengan alasan lebih praktis. namun teman saya sempat mengingatkan bahwa kopi tubruk lebih bagus dibandingkan dengan kopi instan, paling tidak untuk orang yang memiliki masalah seperti aku. sering muntah jika makan dengan porsi yang sedikit lebih banyak.

sambil menuliskan ini saya juga membayangkan usulan dari seorang teman yang menyukai racikan kopi saya. "kenapa loe nggak bisnis buka warung kopi aja mpok?, kopi buatan loe nendang", begitu pujiannya. hehehe.... pernah sih kepikiran untuk membuat warung kopi yang bisa sekaligus dijadikan sebagai tempat untuk ngobrol (bahasa yang lebih ringan dari diskusi) dan atau bersantai ria, sambil membaca buku-buku yang disediakan dengan gratis untuk dibaca (mengingat buku-buku saya dan suami yang tersedia lumayan banyak. aaaaah, sayangnya saya bukan orang yang punya hobby dan bisa menjadikan hobby sebagai peluang yang menjanjikan.

sambil menghayal ada orang yang bisa mensupport mimpi ini, lebih baik menyelesaikan tulisan yang lain. apalagi sudah ada tersedia kopi di depan mata, jadi tunggu apa lagi, ngupi nyok....... (lien)

Baca selengkapnya...

Waktu Mengenal Propolis

Aku senang sekali ketika tiket Balikpapan – Jakarta ada ditanganku, itu artinya aku bisa mudik ke Jakarta. Sayangnya, rencana yang sudah kususun tidak berlangsung seperti apa yang kuinginkan. Setelah selama tiga hari mengikuti pertemuan persiapan keberangkatan ke Bangkok, kondisi kesehatanku menurun. Demam mulai sering datang menyambangi, plus sakit di kelenjar getah beningku yang memaksaku untuk ke RS. Setelah cek sana sini, hasil pemeriksaan menunjukkan kelenjar getah beningku kena bakteri. Duuuh jadi ingat, tahun 2002 lalu kelenjar getah beningku kena virus, kok jadi gantian gini, pikirku.

Dari RS itu, aku mendapatkan 11 jenis obat yang harus kuminum setiap hari. entah sudah bosan dengan obat atau pencernaanku yang lemah, setiap waktu minum obat, aku mengalami muntah-muntah hebat. Setelah beberapa hari, sakitku tidak juga membaik. Pas malam lebaran, kondisi kesehatanku makin drop. Aku masih bertahan untuk tidak mau opname. Mengingat tidak ada perubahan, aku kemudian beralih ke RS lain, pilihannya adalah RS yang pernah aku opname disana. Paling tidak riwayat sakitku terekam disana.

Setelah kembali menjalani tes darah sana-sini, hasilnya mendekati sama, plus aku kekurangan protein. Bisa jadi, karena memang pola makanku buruk sekali. Sejak kecil aku suka sekali mengkonsumsi makanan ringan yang kaya dengan MSG, sampai sekarang. Dokter menyarankan aku dibiopsi, dan aku keberatan dengan pilihan itu. Biarpun tidak sakit dan konon dikategorikan operasi kecil, bagiku bedah tetap saja bedah. Aku mengambil resiko tidak biopsy, dan ternyata resikonya harus aku rasakan sedikit. Kondisi kesehatanku terus memburuk, panas tinggi dan sakit yang teramat sangat semakin sering aku alami.

Suamiku datang setelah mengetahui kondisiku terus memburuk, sejak awal setelah mengetahui diagnosa dokter, sebenarnya dia sudah menyarankan aku mencari propolis. Namun aku abaikan, karena kupikir obat dari dokterpun masih bejibun belum diminum habis. Sampai kemudian keluargaku memutuskan membawaku ke dokter alternative yang ada di Bekasi, dengan pertimbangan jika tidak juga sembuh, terpaksa aku menjalani perawatan di RS.

Alhamdulillah, setelah berobat di Bekasi, lambat laun kesehatanku membaik. Obat dari dokter plus propolis aku minum secara bersamaan pagi dan sore. Aku berani mengkompilasi minum keduanya, karena kata suamiku propolis tidak ada efek samping. Terakhir ketika aku cek kembali kesehatanku, dokter bilang obar darinya sudah bisa dihentikan dan bisa melanjutkan minum propolis. “Bagus”, itu komentar dokter, ketika aku bilang meminum propolis dan dia juga membolehkan untuk melanjutkan meminumnya.
Aku agak heran juga, kenapa dokter menyarankan aku minum propolis dan menyarankan tidak lagi meminum obat darinya. Karena itulah sepulang dari sana, sambil santai aku mencari kembali informasi seputar propolis. Maklum, karena dalam kondisi sakit, aku tidak begitu memperhatikan khasiat apa saja yang terkandung didalamnya. Aku kira hanya untuk menjaga staminaku agar tidak terus drop.

Setelah aku kulik, ternyata “ramuan” ini berasal dari air liur lebah yang bercampur dengan pucuk muda dan kulit pohon poplar ini memiliki aneka macam khasiat mulai dari batuk, demam, bronchitis, paru-paru, kanker, tumor, ginjal, hati, diabetes dan berbagai macam penyakit yang bersumber dari virus, bakteri dan jamur.

Setelah sebulan lebih dalam kondisi kesehatan yang memburuk, perlahan-lahan kesehatanku pulih. Bahkan, aku sudah memberanikan diri untuk berangkat ke Aceh dan lanjut ke Sulawesi Barat. Semula banyak orang dekatku yang khawatir mengingat kerentanan fisikku, tapi aku yakinkan bahwa aku bisa menjaga kesehatanku dan terus bisa beraktifitas dan bahkan menempuh perjalanan jauh melintasi Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Alhamdulillah… aku juga seperti mendapat “bonus”, kini migrainku juga lumayan jarang kambuh. Karena Propolis?? Wallahu A’lam Bishowab, yang jelas Istirahat yang cukup, plus dengan tidak lupa selalu membawa propolis yang masih rutin kuminum sampai sekarang, 5 tetes setiap pagi dan sore.

Baca selengkapnya...